Senin, 28 Februari 2011

Bentuk Praktek Sufi

Sebagian tampak diam tanpa gerak seolah berhenti bernafas, badan wadagnya di tempat, tapi ruhaninya berada entah kemana.
Sementara yang lain menggerak-gerakkan tubuh, kaki dan tangan sambil mengucap tanda-tanda sakral bagaikan penari yang melingkari sebuah cahaya api unggun.

Sebagian lain melakukan gerak seperti orang lain yang melakukan ibadah, namun penuh suasana khidmat, seolah mengalami fase terlepas dari ikatan dengan dunia sekitar.

Itulah antara lain beberapa bentuk dari praktek sufi yang tampak dari luarnya.
Mungkin di dalam bagaikan gelombang dahsyat gerak rohaniah merasakan dan menghadiri sebuah perjamuan dengan Allah Yang Maha Agung.

Kamis, 17 Februari 2011

Alasan Syekh Siti Jenar Menolak Panggilan Sultan Demak

Pada postingan sebelumnya adalah bahwa kancil menjelaskan kepada gajah tentang dua Gusti.
Panggilan Gusti Katon (Raja Sulaiman), ditolak oleh si kancil karena lebih mementingkan panggilan Gusti Agung.

Kisah penjelasan inilah yang bisa dijadikan kiasan, atau membandingkan argumentasi Syekh Siti Jenar yang menolah panggilan Sultan Demak melalui perantaraan Sunan Bonang.

Kita simak kutipan berikut ini:
"Mendengar apa yang dikatakan Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar menjawab:
Bonang! Kamu mengundang saya datang ke Demak, akan tetapi saya ini malas untuk datang ke Demak.
Alasannya, karena saya merasa tidak berada di bawah atau diperintah oleh siapa pun, kecuali oleh hati saya.

Perintah hati itulah yang saya patuhi perintahnya.
Bukankah kita sesama mayat?
Mengapa seseorang memerintah orang lain?
Manusia itu sama antara yang satu dengan yang lain, sama-sama tidak mengetahui siapa Hyang Sukma, karena yang disembah itu hanyalah nama-Nya saja.

Meskipun demikian, banyak kaum santri yang bersikap sombong dan merasa berkuasa memerintah sesama bangkai.
Jika kamu ingin mengadu ilmu, khusus mengenai rasa ilmu, mari dilakukan di sini saja, asal kita berpegangan pada kitab Balal Mubarak.

Sekalipun yang menggubah isi kitab itu juga orang mati, akan tetapi kita yang menggunakannya pun ternyata sesama orang mati.

Itulah jawaban dari Syekh Siti Jenar ketika menolak panggilan Sultan Demak.
Untuk postingan berikutnya akan meneliti tingkat logika dari alasan itu.

Ejekan Si Kancil Kepada Gajah | Memahami Matematika Syekh Siti Jenar

Sebagai lanjutan dari Si Kancil dan Kuda | Memahami Matematika Syekh Siti Jenar.
Kemarin telah disebutkan bahwa si kancil ini telah sedikit mengejek si gajah.
Kancil bilang kalau gajah yang hidungnya besar dan panjang dan badannya bagaikan gunung, tetapi maksud dua ratu saja tidak mengerti.

Padahal semua makhluk yang hidup mempunyai dua ratu, yang pertama itu adalah Ratu Agung (Raja Besar) dan yang kedua adalah Gusti Katon (Raja yang terlihat / Raja Dunia).
Jika salah satu perintahnya tidak dipenuhi akan mendatangkan kecelakaan.
Jika gajah kurang percaya dianjurkan untuk mengingat dalil athi'llah wa athi'ur rasul dan lagi wa ulil amri minkum.

Dalam kasus panggilan yang lalu, kelihatannya saya (kancil) ini tidak memenuhi perintah Raja Katon, padahal saat itu saya tengah memenuhi perintah Gusti Maha Agung yang pada saat yang sama juga memanggilku.

Kutipan di atas adalah bagian dari serat bayan budiman yang mengisahkan pemanggilan kancil oleh Raja (Nabi) Sulaiman / Raja dari semua raja yang tidak ada duanya setelahnya yang akan hidup di muka bumi ini.
Pada panggilan pertama, kancil tidak bersedia menghadap sang raja dengan alasan sakit, sehingga membuat sang raja agak marah padanya.

Karena selama ini raja merasa tidak ada satu pun makhluk yang berani menolak perintahnya,namun kenapa si kancil yang kecil itu tiba-tiba berani menolak perintahnya.

Rabu, 16 Februari 2011

Si Kancil dan Kuda | Memahami Matematika Syekh Siti Jenar

Dalam serat Bayan Budiman dikisahkan ketika kuda tiba kembali, si Kancil yang tahu gelagat segera berlari mendahului menghadap kepada sang Raja.
Berbeda dengan si Anjing, sambil terus menjulurkan lidah ia justru berlari untuk sembunyi di balik gerumbul.

Namun baunya segera tercium oleh si Kuda.
Anjing pun tak bisa mengelak lalu dikawal menghadap Raja SUlaiman ke istana.
Kancil telah tiba di hadapan sang Gusti Katon, Raja SUlaiman.
Gajah lalu diminta oleh Raja menjelaskan mengapa si Kancil diminta datang pada pisowanan agung di istana tersebut.

Sebelum menjawan si Kancil merasa perlu menkelaskan lebih dahulu mengapa semula ia menolak datang.
Sambil menunduk karena tahu bahwa sang Prabu agak marah, si Kancil menjelaskan bahwa dirinya betul-betul susah bagaimana memenuhi perintah dua ratu yang tidak bisa ditinggalkan salah satu.

Gajah lalu bertanya tentang ratu yang disebut si Kancil karena ia tidak mengerti apa memang ada khalifah yang selain Raja SUlaiman di bumi ini.
Sambil mengejek si Gajah, Kancil menyatakan mengapa gajag yang hidungnya panjang besar dan badannya bagaikan gunung, tetapi maksud dua ratu saja tidak mengerti.

Berlanjut ke:

Ejekan Si Kancil Kepada Gajah | Memahami Matematika Syekh Siti Jenar


Syekh Siti Jenar | Kitab Bayan

Syekh Siti Jenar yang ada dalam postingan ini karena serat bayan budiman juga menyebutkan demikian dengan alasan karena berisi penjelasan tentang sikap hidup manusia muslim yang mencerminkan konsep Wahdatul Wujud yang menjdi inti ajaran Syekh Siti Jenar.

Kalau dalam bahasa Jawa berart Warongko Manjing Curigo yang tersaji dengan konteks hidup praktis keseharian dan dikaitkan kasus-kasus khusus, terutama dalam kaitan politik kekuasaan dan ekonomi.

Namun ajaran makrifat dan kesatuan kawula-Gusti atau Wahdatul Wujud dam kitab Bayan Budiman tersebut agak berbeda dengan uraian tentang ajaran Syekh Siti Jenar yang selama ini kita kenal.
Selama ini umumnya, orang memandang bahwa ajaran Syekh Siti Jenar hanya mengandalkan hakikat, sehingga Walisanga meletakkan ajaran Syekh Siti Jenar sebagai ancaman.

Kalau dipikir secara nalar dan logika, apakah sesat ajaran seorang yang mempunyai nama bergelar SYEKH...
Dimana tingkatan ini adalah sebuah tingkatan yang tinggi dalam ilmu Makrifat.
Hanya mungkin saja seseorang menyalahgunakan atau menambah-nambahi tentang arti dan ajaran Wahdatul Wujud ini.

Karena banyak manusia dan murid dari Syekh Siti Jenar ini yang tak mampu menerima ajaran dari Sang Syekh yangpadahal benar (entah salah persepsi atau salah mengartikan), maka Walisongo bertindak tegas demi berkembangnya Umat Islam di tanah Jawa ini.
Wallahu A'lam..

Burung Surga

Burung surga yang ada di tiap postingan ini hanya merupakan simbol.
Seekor burung yang disebut Burung Bayan sebagai aktor utama yang bertindak sebagai penyampai pesan ajaran kasampurnan.

Serat Bayan Budiman | Sekapur Sirih

Serat Bayan Budiman ini merupakan blog yang bersumber dari catatan yang dibuat pada tahun 1859 Jawa tau tahun 1929 Masehi yang ditulis dalam bentuk bahasa Jawa dengan huruf pegon Arab oleh Kyai Ali Hasan.

Serta dari pedoman sebuah buku karya DR. Abdul Munir Mulkan yang berjudul Makrifat Burung Surga dan Ilmu Kasampernan Syekh Siti Jenar.
Penunjuk tahun itu menandai kitab ini sedikit lebih tua atau sezaman dengan serat-serat yang menjelaskan pandangan Syekh Siti Jenar tentang Ilmu Makrifat.

Banyak buku yang menjelaskan tentang Hikayat dan Serat Bayan Budiman ini.
Pada tahun 1950-an telah terbit pula buku Serat Syekh Siti Jenar karangan R. Sosrowijoyo yang terbit pada tahun 1956.