Pada postingan sebelumnya adalah bahwa kancil menjelaskan kepada gajah tentang dua Gusti.
Panggilan Gusti Katon (Raja Sulaiman), ditolak oleh si kancil karena lebih mementingkan panggilan Gusti Agung.
Kisah penjelasan inilah yang bisa dijadikan kiasan, atau membandingkan argumentasi Syekh Siti Jenar yang menolah panggilan Sultan Demak melalui perantaraan Sunan Bonang.
Kita simak kutipan berikut ini:
"Mendengar apa yang dikatakan Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar menjawab:
Bonang! Kamu mengundang saya datang ke Demak, akan tetapi saya ini malas untuk datang ke Demak.
Alasannya, karena saya merasa tidak berada di bawah atau diperintah oleh siapa pun, kecuali oleh hati saya.
Perintah hati itulah yang saya patuhi perintahnya.
Bukankah kita sesama mayat?
Mengapa seseorang memerintah orang lain?
Manusia itu sama antara yang satu dengan yang lain, sama-sama tidak mengetahui siapa Hyang Sukma, karena yang disembah itu hanyalah nama-Nya saja.
Meskipun demikian, banyak kaum santri yang bersikap sombong dan merasa berkuasa memerintah sesama bangkai.
Jika kamu ingin mengadu ilmu, khusus mengenai rasa ilmu, mari dilakukan di sini saja, asal kita berpegangan pada kitab Balal Mubarak.
Sekalipun yang menggubah isi kitab itu juga orang mati, akan tetapi kita yang menggunakannya pun ternyata sesama orang mati.
Itulah jawaban dari Syekh Siti Jenar ketika menolak panggilan Sultan Demak.
Untuk postingan berikutnya akan meneliti tingkat logika dari alasan itu.
Panggilan Gusti Katon (Raja Sulaiman), ditolak oleh si kancil karena lebih mementingkan panggilan Gusti Agung.
Kisah penjelasan inilah yang bisa dijadikan kiasan, atau membandingkan argumentasi Syekh Siti Jenar yang menolah panggilan Sultan Demak melalui perantaraan Sunan Bonang.
Kita simak kutipan berikut ini:
"Mendengar apa yang dikatakan Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar menjawab:
Bonang! Kamu mengundang saya datang ke Demak, akan tetapi saya ini malas untuk datang ke Demak.
Alasannya, karena saya merasa tidak berada di bawah atau diperintah oleh siapa pun, kecuali oleh hati saya.
Perintah hati itulah yang saya patuhi perintahnya.
Bukankah kita sesama mayat?
Mengapa seseorang memerintah orang lain?
Manusia itu sama antara yang satu dengan yang lain, sama-sama tidak mengetahui siapa Hyang Sukma, karena yang disembah itu hanyalah nama-Nya saja.
Meskipun demikian, banyak kaum santri yang bersikap sombong dan merasa berkuasa memerintah sesama bangkai.
Jika kamu ingin mengadu ilmu, khusus mengenai rasa ilmu, mari dilakukan di sini saja, asal kita berpegangan pada kitab Balal Mubarak.
Sekalipun yang menggubah isi kitab itu juga orang mati, akan tetapi kita yang menggunakannya pun ternyata sesama orang mati.
Itulah jawaban dari Syekh Siti Jenar ketika menolak panggilan Sultan Demak.
Untuk postingan berikutnya akan meneliti tingkat logika dari alasan itu.
Alasan Syekh Siti Jenar Menolak Panggilan Sultan Demak