Dalam ilmu matematika, serat bayan budiman bisa diibaratkan teori limit untuk memahami ajaran Syekh Siti Jenar.
Manunggaling kawulo Gusti yang diajarkannya adalah sebuah bentuk ajaran untuk menembus rahasia ketakterhinggaan.
Dalam matematika, siapa saja yang mampu menembus rahasia ketkterhinggaan maka ia akan bisa menemukan sejumlah kerelatifan nilai ke-aku-an.
Untuk memahaminya kita perlu mengerti bahwa dalam teori limit matematika, satu dibagi nol sama dengan tak terhingga.
Selanjutnya juga perlu dipahami sistem pengerjaan sebagai berikut:
Jika X=Y maka X/Y=Y/Z
Dari sistem pengerjaan tadi maka kita akan bisa buat sebuah sistem operasi metematika untuk memahami ajaran Syekh Siti Jenar.
Nol=Nol
Nol x 7 = Nol x 1000
Sampai disini operasi pengerjaan ini masih bisa diterima oleh kaum penganut syariat matematika.
Jika memakai dalil di atas, X=Y maka X/Z=Y/Z maka kita bisa memasuki suatu sistem pengerjaan yang bagi kaum syariat matematika akan melahirkan kekacauan jagad sebagaimana kekacauan yang disebabkan ajaran Siti Jenar:
0 x 7/0 = 0 x 1000/0
Selanjutnya jika ketakterhinggaan ditembus (yang membolehkan pembagian 0 dibagi 0 dengan hukum X dibagi X sama dengan 1) maka akan terungkap rahasia keakuan bahwa ternyata seribu pun sama dengan tujuh.
0 x 7/0 = 0 x 1000/0
1 x 7 = 1 x 1000
7 = 1000.
Dengan cara pengerjaan tersebut, maka terbongkarlah sesungguhnya rahasia angka-angka 1, 2, 3, 9, 1000, 100000 atau berapapun itu sama saja, tidak ada bedanya.
Itu dalam bahasa agamanya, raja, presiden, kere, gembel, pengemis, seniman, kyai, wali, politisi, karyawan, pegawai negeri itu sama saja jika dihadapkan pada mereka-mereka yang mampu menembus rahasia ketakterhinggaan (yang membolehkan pembagian dengan angka nol: menenggelamkan kebulatan dunia sebagai pusat orientasi), yaitu mereka yang meninggalkan dunia sebelum meninggal dunia.
Dalam logika "WALI" ilmu matematika, pembagian dengan angka nol jelaslah melanggar "Syariat Matematika" dan hanya akan merusak jagad perhitungan matematika.
Manunggaling kawulo Gusti yang diajarkannya adalah sebuah bentuk ajaran untuk menembus rahasia ketakterhinggaan.
Dalam matematika, siapa saja yang mampu menembus rahasia ketkterhinggaan maka ia akan bisa menemukan sejumlah kerelatifan nilai ke-aku-an.
Untuk memahaminya kita perlu mengerti bahwa dalam teori limit matematika, satu dibagi nol sama dengan tak terhingga.
Selanjutnya juga perlu dipahami sistem pengerjaan sebagai berikut:
Jika X=Y maka X/Y=Y/Z
Dari sistem pengerjaan tadi maka kita akan bisa buat sebuah sistem operasi metematika untuk memahami ajaran Syekh Siti Jenar.
Nol=Nol
Nol x 7 = Nol x 1000
Sampai disini operasi pengerjaan ini masih bisa diterima oleh kaum penganut syariat matematika.
Jika memakai dalil di atas, X=Y maka X/Z=Y/Z maka kita bisa memasuki suatu sistem pengerjaan yang bagi kaum syariat matematika akan melahirkan kekacauan jagad sebagaimana kekacauan yang disebabkan ajaran Siti Jenar:
0 x 7/0 = 0 x 1000/0
Selanjutnya jika ketakterhinggaan ditembus (yang membolehkan pembagian 0 dibagi 0 dengan hukum X dibagi X sama dengan 1) maka akan terungkap rahasia keakuan bahwa ternyata seribu pun sama dengan tujuh.
0 x 7/0 = 0 x 1000/0
1 x 7 = 1 x 1000
7 = 1000.
Dengan cara pengerjaan tersebut, maka terbongkarlah sesungguhnya rahasia angka-angka 1, 2, 3, 9, 1000, 100000 atau berapapun itu sama saja, tidak ada bedanya.
Itu dalam bahasa agamanya, raja, presiden, kere, gembel, pengemis, seniman, kyai, wali, politisi, karyawan, pegawai negeri itu sama saja jika dihadapkan pada mereka-mereka yang mampu menembus rahasia ketakterhinggaan (yang membolehkan pembagian dengan angka nol: menenggelamkan kebulatan dunia sebagai pusat orientasi), yaitu mereka yang meninggalkan dunia sebelum meninggal dunia.
Dalam logika "WALI" ilmu matematika, pembagian dengan angka nol jelaslah melanggar "Syariat Matematika" dan hanya akan merusak jagad perhitungan matematika.
Ketakterhinggaan Sang Aku